BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan PT Bara Alam Utama (BAU) melakukan Normalisasi aliran sungai
lokasi di penambangan batu bara, karena pihak perusahaan memerlukan peningkatan
dalam produksi dari 2 juta ton pertahun menjadi 8 juta ton pertahun.Pengukuran
profil melintang untuk aliran sungai menjadi sangat penting.Karena apabila
kegiatan Normalisasi sungai dilakukan bisa membantu meningkatkan produksi batu
bara dengan hasil yang ingin ditentukan oleh pihak perusahaan.
Di desa merapi barat merupakan salah satu Kabupaten lahat yang terdapat
di Sumatra Selatan.Sebagian besar tanah tersebut terdapat macam-macam aliran
sungai.Sehingga pengukuran normalisasi sungai sangat diperlukan untuk pihak
perusahaan PT Bara Alam Utama.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menulis laporan kulia kerja
lapangan (KKL) dengan mengambil objek pengukuran profil melintang untuk
normalisasi aliran sungai lokasi penambangan batu bara di desa merapi barat
kabupaten Lahat, dengan mengambil laporan Pengukuran
Melintang Normalisasi Aliran Sungai di Desa Merapi Barat.
1.2 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pengukuran dilaksanakan
selama 7 hari, terhitung mulai tanggal 4 Juli 2012 sampai dengan 11 Juli
2012. Dalam pelaksanaan kegiatan ini
tidak banyak memakan waktu, karena sebagian besar lahan pertambangan sudah
dibuka dan cuaca pada saat pelaksanaan pengukuran sangat mendukung.
1.3 Permasalahan
Permasalahan pengukuran profil
melintang sungai adalah :
- Bagaimana pelaksanaan pengukuran profil melintang di sungai.
- Kendala apa saja yang di temui pada saat pelaksanaan pengukuran di lapangan.
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar laporan tersusun baik, terarah dan tidak menyimpang dari tujuan
pembahasan, maka permasalahan dibatasi pada pengukuran di Desa merapi Barat
kabupaten Lahat, sesuai dengan jenis alat yaitu hand GPS tipe Garmin Colorado
300, kompas tipe Sunto,To (nol) Statif,rambu dan yang akan digunakan untuk
pengolahan data dan penggambaran. Pengambilan data untuk laporan diambil dari
hasil pengukuran langsung di lapangan, dan pada penulisan laporan ditunjang
dengan teori-teori dari buku-buku yang berhubungan dengan pertambangan dan
program pemetaan yang digunakan.
1.5 Tujuan dan manfaat
Tujuan
pengukuran profil melintang ini adalah untuk normalisasi aliran sungai lokasi
penambangan batu bara di desa Merapi Barat kabupaten Lahat.
Pengukuran ini bermanfaat untuk kelancaran aliran sungai, yang pada
dasarnya sungai ini adalah sungai tua yang sudah tidak lancar mengalir.
1.6 Lokasi Kegiatan
Kegiatan
ini meliputi aliran sungai kungkilan
yang dilaksanakan di desa Merapi Barat Kabupaten Lahat .Pelaksanaan
dalam pekerjaan ini adalah pembuatan data pengukuran profil melintang untuk Normalisali aliran sungai.
Gambar
2.Lokasi kegiatan
Adapun metode pengumpulan data adalah:
- Observasi
Melakukan pengukuran langsung sehubungan dengan kegiatan normalisasi
sungai lokasi di PT. BAU di Desa merapi Barat.
- Wawancara
Mewawancarai dan berdiskusi dengan staf dan karyawan yang bekerja di PT.
BAU mengenai masalah pengukuran profil melintang untuk normalisasi sungai
lokasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Profil
Melintang
Pengukuran sipat datar profil melintang adalah pengukuran yang dilakukan
untuk menentukan tinggi rendahnya tanah atau untuk mendapatkan bentuk permukaan
titik sepanjang garis tertentu. Kegunaan dari pengukuran ini adalah sebagai
dasar dalam menentukan perencanaan pembuatan normalisasi sungai lokasi, dan
bisa juga untuk jalan kereta api, saluran irigasi, dsb. Pengukuran sipat datar
profil melintang sendiri digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya tanah sepanjang
garis melintang yang tegak lurus dengan garis sumbu proyek.
Pengukuran beda tinggi dengan cara melintang dilakukan apabila jarak
antara 2 titik dimana harus ditentukan beda tingginya berada pada jarak yang
jauh atau beda tingginya besar sehingga rambu ukur tidak dapat dilihat dengan
terang.
2.2
Metode Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan metode stake-out, yaitu
pengukuran yang direncanakan di peta setelah itu dilaksanakan di lapangan.
Dalam pengukuran sungai lokasi dilakukan pembagian posisi area sungai menjadi 8
titik koordinat,yaitu di sungai kungkilan , karena dengan cara ini untuk
mempermudah identifikasi atau pelacakan titik koordinat loksai sungai.
2.3 Alat-alat ukur yang digunakan
a.
Teodolit
(0)
Teodolit adalah alat yang dipersiapkan untuk mengukur
sudut, baik sudut horizontal maupun sudut vertikal atau sudut miring. Alat ini
dilengkapi dua sumbu, yaitu sumbu vertikal atau sumbu kesatu, sehingga teropong
dapat diputar ke arah horizontal dan sumbu horizontal atau sumbu kedua, sehingga
teropong dapat diputar kearah vertikal. Dengan kemampuan gerak ini dan
adanya lingkaran berskala horizontal dan lingkaran berskala vertikal, maka alat
ini dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal.
Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan
vertikal, alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua
posisi, yaitu posisi pertama kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir
ada di bawah. Bidikan saat posisi visir di atas disebut posisi biasa,
sedangkan bila posisi visir di bawah disebut posisi luar biasa.
Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih 180°
atau 220g.
Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat digunakan
sebagai koreksi bacaan, yaitu bila bacaan biasa dan luar biasa dari satu arah
bisikan tidak berselisih 180° atau 220g, berarti ada kesalahan baca,
sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Pada pengukuran yang tidak
menghendaki tingkat ketelitian yang tinggi, biasanya pembacaan cukup dilakukan
pada posisi biasa.
Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur jarak
bila pada diafragmanya dilengkapi benang stadia. Pengukuran jarak dengan alat
ini tidak disyaratkan arah bidikannya dalam keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu
tegaklurus rambu ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan
terpasang tegak. Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal
dengan pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran
tachymetri ini karena posisi teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat berupa
jarak miring, jarak vertikal dan jarak mendatar.
a.
Rambu
Rambu ukur terbuat dari kayu atau campuran logam
alumunium. Ukurannya, tebal 3 cm – 4 cm, lebarnya + 10 cm dan
panjang 2 m, 3 m, 4 m, dan 5 m. Pada bagian bawah diberi sepatu, agar tidak aus
karena sering dipakai. Rambu ukur dibagi dalam skala, angka - angka menunjukan
ukuran dalam desimeter. Ukuran desimeter dibagi dalam sentimeter oleh E dan
oleh kedua garis. Oleh karena itu, kadang disebut rambu E. Ukuran meter yang
dalam rambu ditulis dalam angka romawi. Angka pada rambu ukur tertulis tegak
atau terbalik. Pada bidang lebarnya ada lukisan milimeter dan diberi cat merah
dan hitam dengan cat dasar putih agar saat dilihat dari jauh tidak menjadi
silau. Meter teratas dan meter terbawah berwarna hitam, dan meter di tengah
dibuat berwarna merah
a.
Global Positioning Sistem (GPS)
Global Positioning System adalah
sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika
Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi
serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa
bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS
sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi
yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu
yang teliti. Global Positioning System dapat memberikan informasi posisi dengan
ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan
meter.
Kompas
Kompas yang digunakan Tipe Sunto yang bisa melihat arah
seperti menggunakan teropong, alat ini digunakan untuk mengetahui azimuth
setiap aliran sungai, dengan menggunakan kompas tipe ini, azimuth yang
diperoleh lebih akurat.
Pita Ukur
Pita ukur yang digunakan mempunyai panjang 50 M.pita
ukur digunakan untuk mengukur tinggi alat,Tetapi Pita ukur juga bisa digunakan
pada daerah permukiman, persawahan serta perkebunan yang mempunyai batas yang
dekat.
2.4 Kesalahan-Kesalahan Dalam
Pengukuran
A. Kesalahan Petugas :
1. Disebabkan oleh observer
a. Pengaturan instrumen sipat datar yang
tidak sempurna (penempatan gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
b. Instrumen sipat datar tidak
ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.
c. Kesalahan pencatat.
2. Disebabkan oleh rambu
a. Penempatan rambu yang tidak
betul-betul vertikal.
b. Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya
rambu Sopwith yang perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
c. Disebabkan terbenamnya rambu, karena
tidak ditempatkan pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang
disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-tanda indeks rambu karena
titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia antara dua titik dapat
dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti, seluruh jarak
harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk menentukan titik-titik
balik.
B. Kesalahan Instrumen :
1. Garis kolimasi tidak sejajar dengan
sumbu nivo tabung
2. Sambungan rambu yang tidak sempurna
C. Kesalahan Alami :
1. Pengaruh sinar matahari langsung :
sinar matahari langsung dapat merubah kondisi intrumen sipat datar dan karenanya
merubah garis pada lensa. Pada sipat datar teliti selama observasi, instrumen
sipat datar harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau
penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu
tersebut.
2. Perubahan posisi intrumen sipat datar dan
rambu-rambu : Karena beratnya sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu
akan dapat terbenam, jika ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada
tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus
seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang
berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk
menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang
pendek.
3. Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana
dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang terlalu terang, atau disebabkan oleh sinar
matahari yang terlalu panas akan menimbulkan getaran antara garis lensa dan
rambu, yang mengakibatkan beda tinggi berubah-ubah.
4. Melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda
akan direfraksikan.
5. Sedangkan dekat di atas permukaan tanah
temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun
besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak
teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek
mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak di
tengah-tengah antara kedua rambu.
6. Pengaruh lengkung bumi : karena
permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi berbentuk speris, maka lengkung
permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang
kecil pada sipat datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan
di tengah-tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar